Pemanfaatan Data Arkeologi Sebagai Media Alternatif Pembelajaran IPS di Kota Palembang

  • Muhammad Nofri Fahrozi Balai Arkeologi Propinsi Sumatera Selatan
  • Sigit Eko Prasetyo Balai Arkeologi Propinsi Sumatera Selatan

Abstract

Abstrak

Pembelajaran ilmu sejarah yang dilakukan di dalam pendidikan formal bagi sebagian kalangan dirasakan sangat kurang. Pendapat ini sudah lama dirasakan oleh para tenaga pendidik, pemerhati, dan penggiat sejarah di Indonesia. Hal ini berlaku bagi kalangan siswa dari tingkat dasar hingga sekolah lanjutan atas (SMA). Bagi sebagian siswa yang tertarik mempelajari sejarah, tentunya akan meneruskan pendidikan lanjutan ke perguruan tinggi dengan jurusan yang berhubungan dengan sejarah. Namun bagi yang tidak, pengetahuantentang sejarah hanya sebatas pada jam pelajaran sejarah yang didapat di sekolah. Salah satu nilai penting dalam mempelajari sejarah adalah mengetahui kesalahan atau keberhasilan manusia pada masa lalu. Berbagai keberhasilan dan kesalahan tersebut selain tertulis dalam dokumen sejarah, juga terwujud dalam tinggalan-tinggalan masa lalu. Pada proses ini ilmu arkeologi dan sejarah salingberkelindan. Untuk dapat memahami satu diskursus isu sejarah, pemahaman lebih mendalam didapatkan melalui studi pengalamanempirik di lapangan yang ditawarkan dalam metode ‘survey arkeologi’. Tulisan ini hendak membawa pembaca ke dalam ranah diskusitentang pemanfaatan salah satu metode yang biasa dilakukan oleh arkeolog, untuk memberi pengalaman langsung kepada praktisisejarah.

 

Abstract

Learning history in formal education is felt lacking by some circles. This opinion has long been felt by educators, observers, and historians in Indonesia. This applies to all of students from elementary to high school (SMA). For some students who are interested in studying history, of course, they will continue their further education to college with a major related to history. But for those who don't, knowledge of history is only limited to the hours of history lessons that are obtained at school. One of the important values in studying history is knowing the mistakes or successes of humans in the past. These successes and mistakes, apart from being written in historical documents, are also manifested in the remains of the past. In this process, archeology and history are intertwined. To be able to understand a discourse on historical issues, a deeper understanding is obtained through the study of empirical experiences in the field offered in the 'archeological survey' method. This paper wants to bring the reader into the realm of discussion about the use of one of the methods commonly used by archaeologists, to provide direct experience to historical practitioners.

Author Biography

Muhammad Nofri Fahrozi, Balai Arkeologi Propinsi Sumatera Selatan

Abstrak

Pembelajaran ilmu sejarah yang dilakukan di dalam pendidikan formal bagi sebagian kalangan dirasakan sangat kurang. Pendapat ini sudah lama dirasakan oleh para tenaga pendidik, pemerhati, dan penggiat sejarah di Indonesia. Hal ini berlaku bagi kalangan siswa dari tingkat dasar hingga sekolah lanjutan atas (SMA). Bagi sebagian siswa yang tertarik mempelajari sejarah, tentunya akan meneruskan pendidikan lanjutan ke perguruan tinggi dengan jurusan yang berhubungan dengan sejarah. Namun bagi yang tidak, pengetahuantentang sejarah hanya sebatas pada jam pelajaran sejarah yang didapat di sekolah. Salah satu nilai penting dalam mempelajari sejarah adalah mengetahui kesalahan atau keberhasilan manusia pada masa lalu. Berbagai keberhasilan dan kesalahan tersebut selain tertulis dalam dokumen sejarah, juga terwujud dalam tinggalan-tinggalan masa lalu. Pada proses ini ilmu arkeologi dan sejarah salingberkelindan. Untuk dapat memahami satu diskursus isu sejarah, pemahaman lebih mendalam didapatkan melalui studi pengalamanempirik di lapangan yang ditawarkan dalam metode ‘survey arkeologi’. Tulisan ini hendak membawa pembaca ke dalam ranah diskusitentang pemanfaatan salah satu metode yang biasa dilakukan oleh arkeolog, untuk memberi pengalaman langsung kepada praktisisejarah.

  

Abstract

Learning history in formal education is felt lacking by some circles. This opinion has long been felt by educators, observers, and historians in Indonesia. This applies to all of students from elementary to high school (SMA). For some students who are interested in studying history, of course, they will continue their further education to college with a major related to history. But for those who don't, knowledge of history is only limited to the hours of history lessons that are obtained at school. One of the important values in studying history is knowing the mistakes or successes of humans in the past. These successes and mistakes, apart from being written in historical documents, are also manifested in the remains of the past. In this process, archeology and history are intertwined. To be able to understand a discourse on historical issues, a deeper understanding is obtained through the study of empirical experiences in the field offered in the 'archeological survey' method. This paper wants to bring the reader into the realm of discussion about the use of one of the methods commonly used by archaeologists, to provide direct experience to historical practitioners.

Published
2021-12-27